SEMARANG, lpmedukasi.com – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang menggelar aksi demonstrasi di Kantor Polisi Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng) pada Sabtu (30/08/25).
Massa aksi menyampaikan aspirasinya melalui orasi dan pembacaan puisi untuk menuntut evaluasi terhadap bobroknya kebijakan pemerintah.
Dalam aksi tersebut, Mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) mengajukan tiga tuntutan utama yang dianggap sebagai masalah krusial dalam pemerintahan saat ini:
1. Bebaskan teman kami, mahasiswa seluruh Indonesia yang ditahan pasca demo.
2. Kapolri dan Presiden harus bertanggung jawab atas permasalahan yang terjadi.
3. Usut tuntas kematian almarhum Afan.
Aufa Atha Ariq, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, menekankan bahwa demonstrasi kali ini tidak akan ada kerusuhan yang terjadi.
“Kita belajar dari kesalahan sebelumnya dari teman-teman Undip, jikalau tidak ada konsolidasi itu akan terjadi kembali seperti aksi May Day pada saat itu,” ujarnya.
Ia juga menambahkan demonstrasi kali ini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan gerakan lain.
“Kita tidak mendiskreditkan gerakan manapun, tetapi kami memilih untuk mempersiapkan diri lebih pasti lah agar teman-teman aman,” tambahnya.
Sementara itu penjelasan serupa disampaikan oleh Muhammad Farhan Laksana, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (UNDIP), menyatakan bahwa aksi ini tidak akan menimbulkan kerusuhan karena UNDIP tetap mengadakan konsolidasi terlebih dahulu.
“Karena dari UNDIP sendiri belum ada konsolidasi dan belum ada persiapan yang matang untuk turun aksi, jadi kami menahan untuk tidak aksi terlebih dahulu,” jelas Farhan.