Mahasiswa UIN Walisongo Jadi Pengajar di Malaysia



Semarang, EdukasiOnline–Menjadi mahasiswa yang terpilih menjadi peserta Ithla’ abboard di Malaysia, Aldila Ismi Agustiyanto (21) bersama Hikmah Rahmasari (21) harumkan nama UIN Walisongo di dunia pendidikan internasional. Ithla’ merupakan organisasi yang mengayomi seluruh mahasiswa bahasa Arab di Indonesia, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Persatuan Mahasiswa Bahasa Arab Se-Indonesia. Demi mengasah pengetahuan bahasa Arab mahasiswa Indonesia, Ithla’ mengadakan acara Ithla’ abboard di Malaysia dengan tema “Mengembangkan Bahasa Arab dan Mencetak Para Pengajar yang Terampil dan Profesional”.

Melewati tahap seleksi yang ketat, dari 60 mahasiswa Indonesia yang mendaftar, dipilihlah 19 orang yang dinilai benar-benar layak menjadi tenaga pengajar di Malaysia. ”Alhamdulillah, saya terpilih, meskipun awalnya pesimis karena yang mendaftar seluruh Indonesia” papar Aldila, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Bekerjasama dengan beberapa universitas di Malaysia, kegiatan ini dikhususkan untuk mengembangkan bahasa Arab dan mencetak pengajar yang terampil dan profesional membuat hal tersebut disambut bahagia oleh para peserta. Saat ditemui setelah jam kuliah usai, Aldila yang kala itu memakai baju berwarna coklat, menceritakan prosesnya saat mendaftar hingga terpilih.

Dalam cerita yang disampaikan Aldila, ia bersama para rombongan harus berkumpul di Jakarta pada hari Rabu (25/04) dan menghabiskan waktu selama lima hari untuk mempersiapkan diri sebelum berangkat ke Malaysia. Pada hari Senin (30/04) Aldila bersama rekan-rekannya meninggalkan Indonesia, menuju Universiti Putra Malaysia (UPM), Malaysia.

Mahasiswa semester empat  tersebut, menceritakan bahwa dirinya akan mengunjungi beberapa universitas. Kolej Universiti Islam Antarbangsa Selangor (KUIS) dan UPM adalah dua universitas yang akan mereka singgahi beberapa waktu. Dalam waktu empat belas hari, para peserta Ithla’ abboard akan dibagi menjadi tiga kelompok, dan disebar di tiga provinsi, yaitu Kedah, Selangor, dan Terengganu. Demi mencetak pengajar yang profesional, mereka dituntut untuk membagikan ilmu yang mereka miliki dan memanfaatkan waktu yang dimiliki semaksimal mungkin.

Namun, dalam menjelajahi banyak tempat dan menghabiskan waktu yang lama, Aldila menjelaskan bahwa ia dan Hikmah tidak mendapatkan uang saku sama sekali dari pihak UIN Walisongo. Ia menceritakan bahwa dirinya telah mengajukan surat pemberitahuan sekaligus permohonan dana kepada Ketua Jurusan PBA hingga Wakil Dekan 3 FITK, tapi semuanya nihil. “Semuanya bilang selamat, tapi tidak ada dana cair sama sekali”, keluhnya saat ngobrol santai di depan kelas.

Menanggapi hal tersebut, Aldila hanya mampu menghela nafas dan tidak mampu melakukan apa-apa. Ia hanya memikirkan tujuan awalnya, yaitu membagikan ilmunya kepada orang yang membutuhkan, walaupun harus melewati batas negara. “Ya sudah, saya sudah angkat tangan ke birokrasi. Alhamdulillah, saya mampu berangkat atas izin orang tua pun dengan dana dari orang tua”, jelas Aldila yang  diakhiri tawa bahagia sekaligus haru. (Edu_On/Nil)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak