Siapakah Orang Terdidik Itu?

Ilustrasi proses pendidikan. Doc, pinterest.com 

Dewasa ini, saluran televisi Indonesia serta media massa tengah dipenuhi oleh pemberitaan tindak kriminal, kekerasan, KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) hingga pembunuhan. Pada dasarnya, orang yang dapat melakukan perbuatan tidak terpuji tersebut merupakan mereka dari golongan atau kaum tidak terdidik. Apakah hal ini membuktikan bahwa pendidikan bagi warga Indonesia masih di bawah rata-rata?

Sayangnya tidak. Tingkat pendidikan warga Indonesia tergolong cukup tinggi, dengan jumlah sarjana yang cukup banyak. Lalu, apa faktor yang menjadi background terjadinya tindakan kriminal?

Mayoritas orang berasumsi bahwa seseorang yang memiliki riwayat pendidikan tinggi dengan gelar sarjana hingga profesor juga memiliki sifat atau karakter yang positif. Padahal, pendidikan belum tentu mengubah pola pikir dan prinsip seseorang. Semua elemen atau lembaga pendidikan memang berusaha untuk mencetak alumni yang berkompeten dan pintar. Namun, tidak dapat dipastikan bahwa mereka juga mendapatkan pendidikan karakter yang sepadan. Sehingga, orang yang pintar dan cerdas belum tentu terdidik.

Dapat diamati bersama, mayoritas narapidana di Indonesia adalah mereka yang terjerat kasus KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Narapidana ini memiliki riwayat pendidikan yang cukup tinggi dengan minimal gelar sarjana. Selain itu, memberikan ruang lebih bagi mereka yang pernah terjerat kasus dengan kembali memimpin sebuah instansi dengan dalih memperbaiki kepercayaan dan berjanji melaksanakan amanah barunya. Padahal, masih banyak orang yang terdidik dan mampu mengemban amanah tersebut.

Menilik ke belakang mengenai sistem pendidikan di Indonesia, apakah sudah mampu untuk menghasilkan orang terdidik? Atau hanya orang pintar saja? Ya, inilah sistem pendidikan di Indonesia, sistem pendidikan yang hanya memperhatikan hasil anak didik tanpa memperdulikan proses yang ditempuhnya. Setiap lembaga pendidikan pasti menginginkan peserta didiknya mendapatkan hasil terbaik, namun tanpa menyadari pentingnya pengamatan proses.

Goals atau tujuan pendidikan yang tanpa dibarengi dengan tindakan pemenuhan akan sia-sia. Seharusnya lembaga pendidikan tidak hanya menuntut agar peserta didik mendapat nilai atau hasil maksimal saja, tetapi juga harus dari proses yang benar. Sehingga, kecurangan dan penghalalalan segala cara untuk mendapat hasil baik pun dapat diminimalkan.

Selain itu, dengan sistem pendidikan yang baik yang tidak hanya menilai hasil akhir saja, namun juga proses dari setiap peserta didiknya akan menghasilkan alumni atau orang pintar sekaligus terdidik. Jika Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, maka dengan peran semua pihak, Indonesia juga akan bebas dari korupsi.

Oleh karena itu, sudah seharusnya mengajarkan hal positif pada anak sejak dini. Mengajari mereka arti sebuah proses dan dampak melakukan kecurangan yang dapat menyakiti usaha orang lain. Orang tua menjadi pengajar pertama dan utama bagi anak di lingkup keluarga sebelum terjun dalam masyarakat.

Pendidikan sejati bukan hanya tentang mencerdaskan otak, tetapi juga tentang membentuk karakter. Orang terdidik adalah mereka yang tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas, empati, dan tanggung jawab moral. Hanya dengan kombinasi kecerdasan dan karakter inilah Indonesia dapat melahirkan generasi yang benar-benar terdidik.


Penulis: @da_firdarahma

Editor: Zidni Rosyidah

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak