Dewasa ini, saluran televisi Indonesia serta media massa tengah dipenuhi
oleh pemberitaan tindak kriminal, kekerasan, KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme) hingga pembunuhan. Pada dasarnya, orang yang dapat melakukan perbuatan
tidak terpuji tersebut merupakan mereka dari golongan atau kaum tidak terdidik.
Apakah hal ini membuktikan bahwa pendidikan bagi warga Indonesia masih di bawah
rata-rata?
Sayangnya tidak. Tingkat pendidikan warga Indonesia tergolong cukup tinggi,
dengan jumlah sarjana yang cukup banyak. Lalu, apa faktor yang menjadi background
terjadinya tindakan kriminal?
Mayoritas orang berasumsi bahwa seseorang yang memiliki riwayat pendidikan
tinggi dengan gelar sarjana hingga profesor juga memiliki sifat atau karakter
yang positif. Padahal, pendidikan belum tentu mengubah pola pikir dan prinsip
seseorang. Semua elemen atau lembaga pendidikan memang berusaha untuk mencetak
alumni yang berkompeten dan pintar. Namun, tidak dapat dipastikan bahwa mereka
juga mendapatkan pendidikan karakter yang sepadan. Sehingga, orang yang pintar
dan cerdas belum tentu terdidik.
Dapat diamati bersama, mayoritas narapidana di Indonesia adalah mereka yang
terjerat kasus KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Narapidana ini memiliki
riwayat pendidikan yang cukup tinggi dengan minimal gelar sarjana. Selain itu,
memberikan ruang lebih bagi mereka yang pernah terjerat kasus dengan kembali
memimpin sebuah instansi dengan dalih memperbaiki kepercayaan dan berjanji
melaksanakan amanah barunya. Padahal, masih banyak orang yang terdidik dan
mampu mengemban amanah tersebut.
Menilik ke belakang mengenai sistem pendidikan di Indonesia, apakah sudah
mampu untuk menghasilkan orang terdidik? Atau hanya orang pintar saja? Ya,
inilah sistem pendidikan di Indonesia, sistem pendidikan yang hanya
memperhatikan hasil anak didik tanpa memperdulikan proses yang ditempuhnya.
Setiap lembaga pendidikan pasti menginginkan peserta didiknya mendapatkan hasil
terbaik, namun tanpa menyadari pentingnya pengamatan proses.
Goals atau tujuan pendidikan yang
tanpa dibarengi dengan tindakan pemenuhan akan sia-sia. Seharusnya lembaga
pendidikan tidak hanya menuntut agar peserta didik mendapat nilai atau hasil
maksimal saja, tetapi juga harus dari proses yang benar. Sehingga, kecurangan
dan penghalalalan segala cara untuk mendapat hasil baik pun dapat diminimalkan.
Selain itu, dengan sistem pendidikan yang baik yang tidak hanya menilai
hasil akhir saja, namun juga proses dari setiap peserta didiknya akan
menghasilkan alumni atau orang pintar sekaligus terdidik. Jika Indonesia
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, maka dengan peran semua pihak,
Indonesia juga akan bebas dari korupsi.
Oleh karena itu, sudah seharusnya mengajarkan hal positif pada anak sejak
dini. Mengajari mereka arti sebuah proses dan dampak melakukan kecurangan yang
dapat menyakiti usaha orang lain. Orang tua menjadi pengajar pertama dan utama
bagi anak di lingkup keluarga sebelum terjun dalam masyarakat.
Pendidikan sejati bukan
hanya tentang mencerdaskan otak, tetapi juga tentang membentuk karakter. Orang
terdidik adalah mereka yang tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga
memiliki integritas, empati, dan tanggung jawab moral. Hanya dengan kombinasi
kecerdasan dan karakter inilah Indonesia dapat melahirkan generasi yang
benar-benar terdidik.
Penulis: @da_firdarahma
Editor: Zidni Rosyidah