Wisudawan Terbaik FITK UIN Walisongo Bagikan Kisah Perjuangan dan Rahasia Sukses


Potret Nurul Laely Mahmudah, Wisudawan terbaik FITK UIN Walisongo Semarang memegang ijazah kelulusan di hari wisudanya pada Sabtu (24/05/2025). (Doc. Khusus).

SEMARANG, lpmedukasi.com – Wisuda bukanlah titik akhir perjuangan, melainkan awal babak baru dalam kehidupan. Pernyataan ini disampaikan Nurul Laely Mahmudah, lulusan terbaik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang dalam wisuda sarjana yang digelar di Auditorium Kampus 3 pada Sabtu (24/05/2025).

Perjalanan akademik Nurul, atau yang akrab disapa Nurla, bukan tanpa rintangan. Pada semester pertama, ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dirinya tidak bisa berjalan selama tiga bulan. Di saat yang sama, ia juga harus merelakan kepergian sang kakek yang sangat dicintainya.

“Saya mengalami kecelakaan pada semester pertama yang membuat saya tidak bisa berjalan selama tiga bulan, sekaligus kehilangan kakek tercinta yang sangat berarti bagi saya. Namun, saya tetap teguh dan meyakini bahwa setiap kesulitan pasti disertai kemudahan,” ungkap Nurla saat diwawancarai melalui pesan singkat.

Tak hanya masalah kesehatan, tantangan ekonomi juga turut mewarnai perjuangannya. Beruntung, sejak semester empat hingga kelulusan, ia mendapatkan beasiswa dari Baznas Jawa Tengah yang menjadi penopang utama kelangsungan studinya.

“Beasiswa dari Baznas sangat membantu saya untuk tetap fokus belajar tanpa harus memikirkan biaya kuliah,” jelasnya.

Bagi Nurla, keberhasilan akademik tidak datang secara instan. Ia menekankan pentingnya memiliki target IPK, mempersiapkan materi sebelum perkuliahan, serta menjaga kedisiplinan ibadah sebagai kekuatan batin.

“Saya menetapkan target IPK sejak awal, rajin mempelajari materi sebelum kelas, dan berusaha konsisten dalam doa serta ibadah sunnah. Semua itu saya yakini sebagai bagian dari ikhtiar yang utuh,” tambahnya.

Tak hanya berprestasi secara akademik, Nurla juga aktif mengasah kemampuan organisasi. Sejak semester dua hingga enam, ia aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Memasuki semester akhir, ia mulai menulis buku sebagai bentuk kontribusinya di bidang pendidikan.

“Saya aktif di organisasi kemahasiswaan sejak semester dua hingga enam, dan mulai menulis buku pada semester tujuh hingga delapan sebagai bentuk kontribusi saya di bidang pendidikan,” pungkasnya.


Reporter: Sov Watin Vikryyah

Editor: Dwi Susanti

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak