Cerita Getir Mahasiswa Thailand di UIN Walisongo



Semarang, EdukasiOnline—Kedatangan mahasiswa Thailand ke Indonesia masih menyimpan cerita getir.Yakni berupa diskriminasi yang dilakukan kerajaan Thailand kepada para mahasiswa yang ada di Indonesia, khususnya dalam lingkup UIN Walisongo yang notabene beragama Islam.

Dalam pengakuannya, Mr. Aziz salah satu mahasiswa Thailand UIN Walisongo saat disambangi dikediamannya oleh kru Lpm Edukasi pada Kamis (17/8) kemarin, mengatakan ada 70 mahasiswa Thailand di Indonesia mengalami hal serupa. Ia juga mengatakan bahwa diskriminasi tersebut karena adanya perbedaan bahasa dan wilayah. “Keadaan Patani sekarang ini mengalami konflik dengan kerajaan sebab adanya  perbedaan agama dan bahasa. Jadi kalau ada yang pulang dari Indonesia lantas di mata-matai” tuturnya.

“Kalau melihat sejarahnya, dulu negara patani dijajah oleh Siam (Thailand). Dari situlah ada peperangan sama Thailand” lanjutnya.

Mahasiswa tingkat akhir di UIN Walisongo itu juga menjelaskan banyak diskriminasi yang dilakukan kerajaan (baca:Thailand) kepada Patani. “Dulunya Perempuan yang mengenakan kerudung dan ingin menjadi dosen atau kerja di kantor-kantor kesannya tidak diperbolehkan, dipersulit. Padahal menurut agama perbedaan seperti itu tidak diperbolehkan” jelasnya dengan bahasa Indonesia yang masih terbata-bata. Diskriminasi lainnya berbentuk pengkastaan yang dilakukan oleh kerajaan. Dimana Patani ditempatkan dalam kasta terendah.

Ia juga mengatakan telah ada usaha yang dilakukan oleh masyarakat Patani untuk menghapus diskriminasi tersebut. “Sudah ada pemberitaan dari media tentang ini, namun diblok oleh kerajaan, agar tidak terekspos dengan negara lain” tuturnya. Dalam percakapannya itu pula ia mengakui bisa saja lewat PBB. “Sudah ada melalui PBB, namun ketika PBB hendak ke Patani kerajaan mengatakan kalau ini urusan dalam negaranya jadi jangan ikut campur” katanya.

Selain diskriminasi, mahasiwa yang ada di Indonesia juga mendapat pemantauan ketat dari kerajaan. Pasalnya, melihat dari sejarah kemerdekaan Indonesia, kemerdekaan yang terjadi diilhami oleh masyarakatnya. “Kalau yang dari Indonesia ini pulang bisa-bisa ditangkap, karena kalau ada remaja yang mampu menggerakkan masyarakat,  kerajaan merasa terancam” ucapnya.

“Tapi sekarang sudah tidak takut lagi, karena sudah ramai. Dari pemerintahan juga sudah membantu, ada yang dari patani dan dari kerajaan” lanjutnya. Kedekatan dengan Malaysia juga dirasa membantu dalam menghadapi kesusahan yang dialami masyarakat Patani.

“Kalau ditanya, pasti semuanya ingin bebas” tukasnya saat kami melontar soal keinginnan kemerdekaan mereka. Namun alasan yang masyarakat patani lontarkan berbeda. Disatu sisi karena alasan Hak Asasi Manusia, di sisilain ada masyarakat yang beralasan menurut agama.“Pengennya kalau dari segi politik juga ada dua, seperti Aceh yang diberlakukan aturan khusus yakni hukum Islam, ada yang ingin merdeka” ujarnya “Kalau saya terserah, pokoknya adil” lanjutnya sambil tersenyum.


Jelasnya lebih mendalam lelaki 24 tanun ini mengatakan bahwa keadaan Patani dan kerajaan sekarang tidak seketat dahulu. “Namun dari pihak Siam (Tahiland) bisa saja melakukan penyigapan semaunya sebab kekuasaan ada ditangan mereka” pungkasnya. (Edu_On/ziz)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak