Menata Ulang Independensi demi Obyektivitas Informasi


Judul buku      : Potret Intervensi di Bilik Redaksi
Tim Penyusun : Pratono, dkk.
Penerbit           : Aliansi Jurnalist Independen (AJI) Semarang
Tahun Terbit    : 2014
Tebal Buku      : xii + 152 halaman
Resensator       : Ahmad Najib           

         Media masa yang berfungsi sebagai sumber informasi bagi khalayak umum dituntut untuk bersifat objektif dan independen dalam menyampaikan pemberitaan.  Namun dewasa ini independensi jurnalistik hanyalah tampilan “muka” dari media masa saja. Pada praktiknya independensi semakin kesini semakin tergerus karena berbagai interfvensi yang berasal dari internal dan eksternal media itu sendiri.

           Apalagi jika kita mengaca pada beberapa kasus belakang ini. Beberapa media masa telah menjadi “arena” pertarungan partai, sehingga wahana hiburan yang seharusnya disuguhkan ke masyarakat menjadi minim. Perihal ini adalah salah satu bagian bagaimana intervensi pada sebuah media masa sangatlah kuat.

             Tekanan yang berangkat dari rdaktur media itu sendiri misalnya. Merupakan segelintir contoh dari intervensi dari dalam.  Sedangkan intervensi eksternal bisa berangkat dari pemilik modal. Beberapa Intervensi tersebut mengakibatkan tidak objektifnya sebuah pemberitaan, sehingga berita yang dikonsumsi publik menjadi bias.

Buku yang diterbitkan oleh Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) Semarang berusaha menguak perihal itu. Buku yang mencoba menampilkan beberapa kasus secara rinci dan jelas tentang intervensi, dalam pemberitaan media masa, khusunya lingkup Semarang. Dimana kasus intervensi ini tidak bisa lepas adanya hubungan hukum dan politik.

Buku ini menggelompokkan media intervensi tersebut menjadi dua. Pertama, Intervensi Internal Perusahaan. Intervensi tersebut dapat berasal dari redaktur, pemilik perusahaan, pemimpin redaksi, jurnalis sekantor, juga bagian iklan dan sirkulasi. Sebagai contoh, Yuha (nama samaran) sebagai jurnalis bidang liputan hukum di sebuah harian lokal di Semarang, mendapatkan tugas untuk meliput keterlibatan Wali Kota Semarang, Soemarmo Hadi Saputro dalam kasus suap yang dilakukan oleh Akhmat Zaenuri (Sekretaris Daerah Kota Semarang) kepada sejumlah anggota legislatif untuk meloloskan APBD Kota Semarang 2012.

Namun, di tengah proses penyusunan berita tersebut sang redaktur menghampirinya dan memintanya agar keterlibatan Soemarmo jangan ditulis, dengan alasan “ada perintah khusus” dari pemilik media. Alasan tersebut muncul karena Wali Kota memang dikenal dekat dengan sang pemilik media tempat Yuha bekerja.

Penggolongan yang Kedua berupa Intervensi Eksternal Perusahaan. Intervensi ini bisa berupa tekanan, ancaman, bahkan “amplop” dengan tujuan berita yang diterbitkan sesuai dengan kehendak dan permintaan pihak luar yang merasa bersangkutan.  Bahkan tidak jarang pihak luar ini meminta agar berita yang sudah diliput tidak usah diterbitkan.

Sebagai contoh pihak luar itu  salah satunya adalah pemasang iklan. Sering kali media masa tidak bisa memberitakan kasus-kasus yang melibatkan pemasang iklan di media tersebut. Tentu atas pertimbangan “amplop” yang akan mereka kantongi guna menutupi biaya percetakan dan lain sebagainya.Intervensi eksternal juga barasal dari narasumber, birokrat pemerintah, aparat keamanan, pengacara, organisasi jurnalis, dan tidak menutup kemungkinan juga jurnalis dari media lain.

Selain menampilkan beberapa kasus intervensi di media massa daerah Semarang, buku ini juga memaparkan riset kuantitatif dan kualitatif tentang independensi dan obyektivitas lima media lokal di daerah Semarang, juga solusi yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan independensi dan obyektivitas media massa,

Buku ini kiranya sangat menarik dan wajib untuk dibaca karena berusaha menampilkan berbagai kasus di media masa.  Pemaparan kongkret dan jelas serta didukung riset yang akurat tentang bagaimana kasus-kasus tersebut terjadi menjadi kelebihan tersendiri. Tak hanya  berbicara dari sudut media saja. Buku ini juga memberi arahan sikap kepada masyarakat sebagai penerima informasi media menanggapi hal tersebut.

Beberapa intervensi tersebut yang menjadikan tumpulnya media masa dalam menghadapi sebuah masalah. Guna menghadapi itu, seharusnya media membuat prosedur operasional yang semestinya, supaya independensi jurnalistik tetap terjaga sehingga informasi yang disampaikan bersifat objektif.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak