Lunturnya Budaya Tepat Waktu

Dok. Internet


Waktu adalah hal yang paling penting jika ingin mengadakan suatu rencana, akan tetapi nyatanya tidak banyak dari kita yang paham betul mengenai pentingnya arti kata waktu. 

Seseorang tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kita bisa menjadikan ini suatu hal yang bermanfaat, jika tidak untuk orang lain, setidaknya bermanfaat bagi diri kita sendiri. 

Sudah tidak asing kita mendengar istilah ngaret. Datang terlambat seakan sudah menjadi hal yang biasa dan sering kita jumpai di tengah kehidupan kita. Sikap ini tentu sangat bertolak belakang dengan sikap disiplin. 

Sikap ngaret atau tidak tepat waktu tentu bisa mencerminkan kepribadian seseorang. Apabila terus menjadi budaya bukan tidak mungkin ini akan menjadi suatu kebiasaan yang tidak baik, dimana datang terlambat dapat menjadi cerminan dari karakter suatu bangsa. 

Istilah ngaret, berasal dari kata dasar 'karet'  yang sifatnya elastis, mudah diregangkan, melar atau melonggar, dalam hal ini berkaitan dengan waktu. 

Diibaratkan seperti karet yang bisa diulur, orang yang suka ngaret biasanya suka merenggangkan waktu atau bisa disebut datang terlambat atau meleset dari waktu yang sudah direncanakan. 

Orang yang ngaret biasanya akan dianggap sebagai orang yang tidak taat aturan, tidak menghargai waktu, dan juga orang lain. Sebaliknya, orang yang datang tepat waktu mempunyai karakter diri yang menghargai orang lain, tanggung jawab, beretos kerja, dan dapat diandalkan.

Tertib dan disiplin dalam menghargai waktu adalah hal yang sangat penting. Kebiasaan terlambat tidak hanya akan merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain. 

Kebiasan terlambat bisa berdampak pada menurunnya produktivitas dikarenakan keterlambatan bisa mengganggu jadwal yang telah disusun sebelumnya. Sehingga pada akhirnya, waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk melakukan hal produktif lainnya menjadi termakan atau terbuang sia-sia. Jika terjadi keterlambatan, maka jadwal yang semula direncanakan untuk menyelesaikan dua agenda, menjadi hanya satu agenda saja.

Bisa kita lihat di negara tetangga. Budaya tepat waktu dan disiplin tinggi sangat lekat dengan masyarakat Jepang, sedikit terlambat saja bisa menjadi permasalahan besar. 

Di negeri Sakura, tepat waktu sudah menjadi acuan sopan santun yang sudah ditanamkan sejak kecil. Budaya datang tepat waktu dan efisien pun juga diterapkan di negara Swiss yang menganggap tepat waktu adalah sumber utama kebahagiaan.

Apabila kita menginginkan budaya ngaret ini hilang, maka kita bisa memulainya dari diri kita sendiri. Hal yang bisa kita lakukan yaitu dengan cara perkirakan waktu tempuh atau estimisasi perjalanan dengan cermat. Baik dengan memperhitungkan jarak rumah atau kos dengan alamat tujuan, hingga transportasi yang akan digunakan.

Selanjutnya, kebiasaan menunda pekerjaan harus dihilangkan sehingga lebih efisien dan tidak memakan waktu lama yang dapat menyebabkan keterlambatan. Kita juga harus menempatkan barang-barang di area tertentu, sehingga dapat mencegah waktu terbuang dan menyebabkan keterlambatan karena mencari barang yang hilang. 

Langkah terakhir, yaitu menyusun jadwal yaitu dengan mencatat agenda atau rencana kegiatan yang akan dikerjakan dapat membantu kebiasaan lupa yang bisa jadi salah satu penyebab datang terlambat.

Hal yang perlu diingat yaitu kita tidak dapat menghentikan waktu. Jika bisa, mungkin setiap orang tidak pernah berbuat kesalahan. Kita hanya mampu berjalan maju, tanpa mengubah apapun yang sudah terjadi. Mundur satu langkah kebelakang pun kita tidak mampu. 

Sedikit merenung, bagaimana kita telah menyia-nyiakan banyak waktu dalam hidup ini?. Padahal masih banyak orang di luar sana yang tidak memiliki waktu sebanyak yang kita miliki. 

Bagaimana kita sering bersantai diri, seolah-olah kita masih bisa hidup seribu tahun lagi. Kita harus mencoba lebih menghargai setiap detik hidup kita. 

Mencoba menjadi mahasiswa yang dikejar-kejar deadline tugas atau seperti mereka yang selalu berangkat lebih awal untuk menimalisir keterlambatan.

Oleh karena itu, yuk kita budayakan sikap tertib dimulai dengan menghargai waktu yang berarti juga menghargai orang lain. Dengan mendisiplinkan diri untuk tidak datang terlambat maka kita sekaligus membentuk karakter bangsa Indonesia yang tertib dan beretos kerja. Ayo kita bersama-sama menghargai waktu setiap orang.

Penulis: Agustin Fajariah Asih (Kru Magang 21)

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak