Ilusi


Ilustrasi. @dilativaamanda_


Ini benar-benar mengherankan! Lili, gadis cantik yang jomblo sejak lahir. Dia belum pernah pacaran sekali pun, bahkan didekati oleh cowok pun belum pernah. Lantaran dia gadis pendiam dan jarang keluar rumah. Tapi minggu-minggu ini dia benar-benar berubah. Selalu membesarkan-besarkan sebuah kejadian. Tersenyum sendiri-sendiri ketika belajar, tertawa tidak jelas ketika berkumpul dengan orang lain. Seolah-seolah seperti orang yang sedang jatuh cinta. Padahal sebelumnya dia damai-damai aja, nggak pernah nyinggung soal cinta

Orang membalas story Whats App-nya saja, dikira menyukainya. Padahal hal biasa ketika kita membalas story orang lain.

Mungkin ada benarnya juga, setelah sekian lama nggak pernah pacaran dan chat sama cowok, sekali di-chat langsung ke-GR-an. Sampai-sampai tak kuasa membedakan mana yang sekedar tanya atau benar-benar suka sama dia. Kejadian kecil itu sudah cukup membuat dia tersenyum sepanjang hari. Merasa seolah dia orang paling bahagia di dunia. Padahal kalau dia tahu, dunia SMA yang sebernanya itu seperti apa, pasti dia gak akan se-GR itu menerima chat dari seorang cowok. Salah sendiri, dari dulu kemama aja? Kok makai sosmed baru sekarang?

Kalian pasti penasaran sejauh perubahan Lili beberapa minggu ini. Bagaimana dengan si cowok yang membalas statusnya itu. Apakah predikat jomblo dari lahirnya akan berakhir?

***

Kejadian Pertama

Lili. Gadis kutu buku. Lili sangat suka baca buku dan berambisi besar mendirikan taman baca di kampungnya. Lili suka buku sejak SD.

Beberapa bulan belakangan, Lili aktif memposting beberapa buku yang sudah dia baca di instgram, kemudian me-riview-nya. Setiap hari dia lakukan. Lili juga suka membuat Q&A di instastory-nya.

Sebulan pertama, belum banyak tanggapan dari orang lain. Tapi dia tetap bersemangat melakukannya. "Gua lagi gabut, gak tau mau ngelakuin apalagi", jawabannya ketika ditanya kenapa akhir-akhir ini suka posting buku.

Tapi, lain halnya dengan seminggu yang lalu. Siang itu dia lagi buat Q&A di instastory-nya. Tiba-tiba ada yang  tanya di Q&A, namanya Deno. "Koleksi bukunya apa aja, kak?" Lili kemudian menjawab pertanyaan itu dan me-repost ke instastory-nya.

Beberapa waktu kemuadian, si Deno nge-chat Lili. Dan di sinilah seluruh peristiswa itu dimulai. "Boleh berteman kak? Mau sharing-sharing tentang buku, Kak. Kalo boleh minta WA-nya atau chat saya, Kak. 081218xxxxxx, maaf sebelumnya lancang. Saya senang sekali berteman dengan para pecandu buku."

Dughhh.

Lili langsung kaget menerima pesan tersebut. Dia tersenyum-senyum baca pesan itu. "Pria ini gantle sekali," pikirnya. Lili segera membalas pesan tersebut. "Boleh, tentu saja. Saya juga suka diskusi tentang buku. Nomornya ada dibio saya ya," balas Lili.

Lili berusaha sok jual mahal, dia gak mau langsung memberikan nomor WA-nya. Lili kemudian men-stalking akun Deno. "Ganteng juga nih cowok, pendaki gunung dan suka baca buku lagi. Jarang-jarang zaman sekarang ada cowok yang suka baca buku," pikirnya.

Deno baru nge-chat Lili di WA satu minggu kemudian.

"Pas stalking IG lo, gue langsung kagum sama impian lo, buat bikin perpustakaan mini di rumah."

Dan kalian pasti tau gimana ekspresi Lili. Apalagi pas deno bilang, "Btw, impian kita sama loh, pingin buat perpustakaan mini juga di rumah, tujuan pertamanya sih buat anggota keluarga aja dulu biar keluarga jadi suka baca buku. Terus pas liat anak-anak sekitar rumah gue, hobinya main game trus ada niatan buat bikin kayak taman baca gitu deh."

Lili langsung kagum pada Deno, padahal mereka belum pernah ketemu sebelumnya. Mulai hari itu, Lili selalu membahas tentang Deno. Dinda, sahabatnya mulai kesal mendengarnya, "Apa istimewanya sih, biasa aja orang chat kayak gitu."

"Tapi ini beda lo, Din. Dia hampir tiap hari chat gue. Kami satu hobi loh, impian kami juga sama."

Well, itu juga biasa aja, kan?

***

Kejadian Kedua

Minggu berikutnya, Lili sudah tidak tahan lagi pengen ketemu dengan Deno. Lili maksa Dinda untuk ikut menemaninya. Dia berasalan ingin meminjam buku Deno, buku terbaru yang diterbitkan oleh penulis kesayangannya.

Dengan berat hati, Dinda ikut menemaninya kerumah Deno, setengah jam perjalanan. Lili terus saja tersenyum disepanjang jalan. Tak jarang ia melihat ke cermin.

"Lo apaan sih, Li, liat ke cermin terus."

"Yah gak kenapa-napa, mastiin aja jilbab gue gak berantakan," Lili menjawab ketus.

"Emangnya si Deno itu seganteng apa sih, sampai bikin lo kaya gini, sebelumnya lo gak pernah kayak gini loh." Dinda mulai sebal dengan sikap Lili yang berubah drastis.

"Ganteng bangat, Din. Lu liat aja nanti,"

Dan benar, Deno benar-benar ganteng, cool lagi. Mereka pulang dari rumah Deno setengah jam kemudian. Dinda sangat muak melihat sikap Lili ke Deno yang malu-malu kucing.

"Benarkan apa yang gue bilang tadi, Deno itu ganteng banget," Lili terus saja membahas Deno disepanjang perjalanan pulang.

"Tadi dia ngasih gue durian lo, gue benar-benar terharu dibuatnya. Sudah ganteng, baik lagi. Gue baru pertama kali di kasih hadiah sama cowok lo!" Lili berkata antusias. Pipinya merona. Membayangkan apa yang baru saja dia alamai.

"Biasa aja tuh. Bukannya kemarin di chat, lo yang minta durian sama dia. Dasar, belum kenal udah minta-minta." Dinda mengangkat bahu, pura-pura tidak mempedulikannya.

"Gue yakin Deno naksir gue,"

"Ha ha ha, jangan secepat itu mengartikan sesuatu. Lo baru kenal dengan dia, mana mungkin dia langsung naksir," Dinda langsung tertawa mendengar ucapan Lili.

Dasar si Lili!

***

Kejadian Ketiga

Minggu berikutnya, Lili masih terus saja bercerita tentang Deno. Tapi kali ini dia agak murung, karena seharian Deno nggak nge-chat dia.

"Benarkan, apa yang gue bilang, Deno gak naksir lo. Kebetulan saja karena dia juga suka baca buku makanya dia kaya gitu,"

"Mungkin saja dia lagi sibuk menyiapkan berkas-berkas untuk kuliahnya. Dia kan pengen masuk kampus besar." Lili tetap saja berbaik sangka pada Deno.

Namun, tiba-tiba Deno menelpon Lili, ia berkata kalau dia ngirim paket buat Lili. Deno juga minta maaf karena gak nge-chat Lili, dia sibuk bimbel persiapan SBMPTN.

Lili langsung berteriak ketika Deno menutup telponnya. "Ya Allah, Deno ngirim buku buat gue. Judulnya juga romantis banget. Gue benar-benar terharu."

"Lili, gue boleh ngomong sesuatu gak? Saran gue lo nggak usah terlalu berharap sama Deno, nanti lo juga yang bakalan nanggung akibatnya. Kita nggak tau endingnya kayak gimana nanti." Lili tidak mendengarkan apa yang dikatakan Dinda. Dia terlalu bahagia menerima kiriman buku dari Deno.

Dinda geleng-geleng kepala. Liatlah sahabatnya sudah berubah. Hanya kiriman buku saja, sudah cukup membuat dia sebahagia itu. Semoga endingnya baik-baik saja.

***

Kejadian Keempat

Tidak ada hal spesial yang terjadi setelah Deno ngirim buku itu untuk Lili. Mereka masih tetap chat-an. Tapi tetap saja tidak ada perubahan, hanya sekedar chat basa-basi. Itu saja. Deno tak kunjung mengungkapkan perasaannya.

Puncaknya, hari itu Lili ada kegiatan di Rumah Tahfidz. Tiba-tiba Lili dichat oleh salah seorang penulis best seller yang sudah banyak nerbitkan buku. Lili benar-benar tidak menyangka akan di-chat oleh penulis tersebut. Itu serasa mimpi. Penulis itu bilang kalau ada kiriman buku untuk Lili, tapi penulisnya tidak menyebutkan itu buku dari siapa.

Lili bingung, kenapa tiba-tiba dia dikirimin buku, perasaan dia nggak pernah menang give away. Benar saja, tidak lama setelah itu dia ditelpon oleh kurir JNE. Ada kiriman paket untuknya.

Lili segera pulang dan membuka paket tersebut. Tidak ada nama pengirimnya. Lili terus mencari tau siapa sang pengirim buku tersebut.

Karena kehabisan akal, dengan beraninya Lili tanya ke Deno. Lili maksa Deno ngaku kalau dia yang ngirim buku. Akhirnya Deno ngaku kalau dia yang ngirimnya bukunya.

Lili menangis terharu mengetahui hal tersebut. Dia segera menelpon Dinda, menceritakan apa saja yang baru saja dia alami.

Dan kali ini, Lili benar-benar yakin kalau Deno naksir sama dia. Deno juga ngajak dia ketemuan besok. Lili segera meng-iyakan.

Yesss, gue yakin Deno mau nembak gue

***

Esoknya. Lili menyiapkan baju terbaik yang dia punya. Berdandan secantik mungkin. Lantas riang menuju salah satu kafe yang telah mereka sepakati.

Deno tersenyum melihat Lili. Ganteng sekali. Deno merupakan cinta pertamanya, dia tidak pernah suka sama cowok lainnya sebelumnya.

Ehhh, siapa disamping Deno?

Kenapa ada dia disini?

"Akhirnya kamu datang juga," Deno tersenyum lebar menyambut Lili. Siapa wanita ini?

"Oh iya, sayang kenalkan ini Lili, dia orang yang aku certain sebelumnya. Lili bisa menjadi bagian dari komunitas kita," Deno memperkenalkan Lili kepada wanita tersebut.

Apa? Sayang? Mereka pacaran? Apa maksud semua yang telah Deno lakukan ke dia selama ini? Seketika luntur sudah semua kebahagian itu.

Setelah memesan makanan, Deno langsung menyampaikan maksud kenapa dia mengundang Lili hari itu. Dia ternyata mempunyai project besar untuk membuka Taman baca masyarakat di daerah tersebut. Deno menunjuk Lili untuk menjadi pengurus TBM tersebut, lantaran dia akan kuliah di luar kota, begitu juga dengan wanita tersebut.

Deno ternyata sedang mencari orang yang bisa mensukseskan project tersebut. Makanya dia langsung berkomentar ketika Lili memposting tentang buku. Deno merasa Lili cocok menjadi bagian dari project-nya tersebut.

Dan kiriman buku tersebut, sebenarnya itu basa-basi dari Deno, karena dia merasa tidak enak bila langsung ngajak Lili untuk gabung di komunitasnya. Dia juga pengen nge-test sejauh mana Lili cinta sama buku.

Kepala Lili langsung pusing. Ternyata, ini maksud dengan dari semua kejadian beberapa minggu yang lalu.

"Gue sebenarnya sudah lama pengen ngomong ini ke lo, tapi gue rasa baru sekarang waktu yang pas, makanya gue ngundang lo. Lo setujukan dengan projet besar itu?," Deno dan wanita tersebut memanatap Lili penuh pengharapan.

Sekarang, Lili benar-benar tidak bisa mendengarkan kalimat Deno lagi. Dia benar-benar kecewa.

"Ya Allah, aku benar-benar tidak percaya dengan ini. Aku sempurna tertikam oleh ilusiku sendiri. Aku dikhianati cinta pertamaku yang terbuat atas ilusi itu," lirih Lili dalam hati. Air matanya sempurna mengalir.

Lili langsung pergi, tidak menjawab pertanyaan Deno. Meninggalkan mereka yang kebingungan melihatnya tiba-tiba pergi.

Dinda! Seharusnya aku mendengarkanmu dari dulu!


Penulis: Dila Tiva Amanda

Editor: F02

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak