Elya Ghifary,
adalah salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Si mungil
ini mengambil Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Menariknya, mahasiswa ini
masuk di UIN Walisongo melalui jalur mandiri prestasi. Ternyata dia tidak berjuang sendirian, dia
bersama teman yang sama dari asal sekolahnya yang berjumlah 10.
Kami berbincang
lebih dekat, di bawah pohon rindang yang berada di samping Audit II Kampus 3
UIN Walisongo, ada banyak hal yang membuat takjub. Dia lebih memilih bercita-cita
menjadi guru, karena ia meyakini bahwa menjadi guru derajatnya akan menjadi
tinggi. Guru merupakan pahlawan tanda jasa, ungkapnya. Oleh sebab itu dia lebih
memilih jurusan Pendidikan Agama Islam.
Lelaki yang
bertubuh mungil ini, bisa dikatakan kecil-kecil cabe rawit. Walaupun secara
fisik dia meiliki tubuh yang pendek, namun dia memiliki pemikiran yang cerdas
dan kompeten dalam hal keagamaan. Dia pernah mengikuti kompetensi Tahfidz Qur’an
20 juz serta Musyabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), dan kebetulan berhasil
menjuarainya. Lelaki ini memiliki rekam jejak prestasi yang sangat bagus. Sehingga
mampu mengantarkan dirinya lolos dalam seleksi jalur mandiri prestasi.
Lelaki ini
sekarang lebih memilih untuk tinggal di pondok pesantren, dengan harapan agar
dia dapat menggali ilmu lebih dalam. Selain itu agar dapat melanjutakan program
tahfidznya.
Adapun motivasinya
untuk menjadi guru yaitu dorongan dari diri sendiri dan keluarga. Karena kakaknya
mempunyai cita-cita yang terhambat, dia menggunakan kesempatan emas ini.
Dia bangga dan merasa bersykur, karena telah berhasil menjadi salah satu mahasiswa UIN Walisongo. kedepannya, lelaki itu akan terus bersemangat untuk menuntut ilmu sampai titik darah penghabisan. (Edu_On/Han)
Tags
Suara Tarbiyah