Kurang SDM, Penataan Buku Perpus Bermasalah


Semarang, EdukasiOnline—Siang itu, Dina Nur Hayati pergi ke Perpustakan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurua (FITK) UIN Walisongo Semarang, Jum’at (24/03). Seperti halnya masiswa lainnya, Dina sapaan akrabnya, tengah mencari buku-buku referensi untuk memenuhi tugas kuliah pada salah satu mata kuliah yang diambilnya pada Semester ini.

Di perpustakaan FITK, terdapat sekitar sepuluh lebih rak buku, rak tersebut digunakan untuk penempatan buku-buku sesuai dengan kategorinya masing-masing, tujuannya adalah untuk memudahkan mahasiswa dalam pencarian buku-buku rujukan. Namun, yang terjadi adalah buku-buku tersebut banyak yang tidak sesuai dengan nomer yang dikategorikan. “bukunya selalu berantakan dan banyak yang tidak sesuai,” ujar Dina, mahasiswi jurusan Pendidikan Guru Raoudhatul Athfal (PGRA) ini.

Rupanya, tidak hanya Dina yang mengeluhkan hal tersebut. Anggun Astarini, mahasiswaa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) juga merasakan hal yang sama. “buku di perpus banyak yang tidak sesuai dengan nomor,” ungkapnya kesal.

Menanggapi hal tersebut, Fahrur Rozi selaku pemimpin perspustakaan FITK mengungkapkan bahwa, terdapat dua faktor yang mempengaruhi penataan buku-buku di perputakaan FITK. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan eksternal. “faktor internal adalah dari pegawai, sedang faktor eksternal adalah dari mahasiswa itu sendiri,” jelas Fahrur Rozi.

Lanjut Pak Rozi sapaanya di FITK, perpustakaan FITK hanya ada satu pegawai tetap yang mengurusi sekitar 45.000 buku, sedangkan petugas yang lain hanyalah sukarelawan, yakni diambil dari mahasiswa FITK. Padahal, idealnya adalah satu pegawai memegang 2000 buku saja. “perpustakaan FITK memang minim Sumber Daya Manusia (SDM), beda dengan perpustakaan Institute,” jelas lelaki paruh baya itu.

Kemudian, dari mahasiswa atau pengunjung perpustakaan tersebut juga dapat mempengaruhi ketertiban penataan buku. Setelah mengambil buku yang tidak sesuai, banyak mahasiswa menaruh buku-buku tersebut di sembarang tempat, akhirnya banyak buku yang tertukar penempatannya. “seharusnya, mahasiswa menggunakan alat bantu katalog terlebih dahulu sebelum mencari buku,” tambah Rozi lagi.

Di akhir wawancara, Rozi berharap adanya tambahan SDM di perpustakaan FITK, ia juga berharap adanya kesadaran bersama antara pegawai dengan pengunjung perpustakaan. “Perpustakaan adalah kebutuhan bersama, mari kita rawat sebaik-baiknya,” pungkasnya. (Edu_On/Naf)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak