Formula Keamanan Kampus

Doc. Edukasi


Bukan hanya sekedar sistem yang ditawarkan, namun kelayakan dalam pelayanan harus terbayarkan. Semua lini harus bekerja sama, demi mewujudkan kampus kemanusiaan dan peradaban

Keamanan menjadi nilai tawar penting yang harus didapatkan mahasiswa,  utamanya di kampus. Apalagi dengan kisaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang sudah dibayarkan, tak layak jika pelayanan kepada mahasiswa diabaikan.

Namun berbagai masalahmulai bermunculan.Berawal dari sebuah kasus kecil, terjadi pencurian helm.Hal tersebut dianggap hal yang biasa, cuman helm saja kok.Toh nanti juga bisa beli lagi, walaupun bekas.Namun lucunya kasus kehilangan helm ini semakin marak, ditambah lagi muncul kasus pencurian sepeda motor.

Terbukti kasus pencurian helm yang terjadi pada bulan Desember tahun 2016, namun satpam berhasil menangkap pelakunya.Pelakunya mengaku masih menyandang status mahasiswa. Tak berhenti sampai pada kasus tersebut, dalam berita lpmidea.com pada bulan Agustus 2017, telah terjadi pencurian sepeda motor dalam sehari dengan memakan dua korban sekaligus. Dua motor yakni Honda Vario merah dengan nomor H 6388 dan Jupiter Z warna hitam dengan nomor H 5015 RM. Namun sayangnya pelaku tak mampu ditemukan dan kejadian tersebut memakan kerugian puluhan juta. 

Kasus pencurian sepeda motor dari tahun 2016 sampai 2018 di UIN Walisongo  ini menjadikan perhatian khusus, utamanya pihak birokrasi kampus. Sebenarnya kampus sudah memasang cctvdi tempat- tempat tertentu. Namun sayangnya ia tidak menjamin keamanan yang ada di kampus.Selain itu mahasiswa mampu mengeluhkan kepada birokrasi, karena dirasa area parkir yang kurang.Lahan parkir memang sudah disediakan.Namun memang beberapa parkir ada yang terlihat kosong, dan mahasiswa lebih memilih memarkirkan kendaraannya di sembarang tempat.Kesalahan tak sepenuhnya di pihak kampus, karena tak sedikit dari mahasiswa yang mempunyai kesadaran untuk parkir kendaraan sesuai pada tempatnya.Ujung- ujungnya pun kampus rentan mengalami curanmor.

Upaya Sistem Keamanan Kampus

Sistem keamanan yang jelas belum terjamin, akhirnya tim keamanan pun mulai mengusut tindakan. Beberapa kamera cctv sudah dipasang dibeberapa tempat, namun hal tersebut ternyata tak membuat jera pelaku curanmor. Berbagai sistem diberlakukan untuk memperketat keamanan kampus.
Pertama, sistem pengecekan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)  setiap pemilik kendaraan bermotor. Sistem ini sempat mengejutkan beberapa pihak, utamanya mahasiswa.Setelah memasuki gerbang kampus, terlihat tulisan yang menyatakan bahwa setiap mahasiswa yang masuk dengan kendaraan harus dilengkapi surat-surat penting, seperti halnya STNK ataupun SIM. Kemudian saat mereka keluar dari kampus, satpam pun mengecek satu per satu. Awalnya memang berjalan dengan lancar, namun ada beberapa masalah disana. Sistem ini membuat antrian yang begitu lama, padahal setiap warga kampus ( mahasiswa, dosen dan pegawai ) mempunyai kesibukan yang berbeda- beda. Selain itu personil dari satuan keamanan kampus (satpam)mengalamikekurangan.Sehingga sistem ini memang dirasa kurang efektif.

Memang benar sistem itu berjalan, namun hanya bisa bertahan selama kurang lebih satu bulan kurang.Akhirnya kampus mulai menetapkan kebijakan sistem pembagian kartu parkir, tepatnya Rabu, 13 September 2017.Sistem yang kedua ini mendapatkan dukungan penuh dari pihak birokrasi. Berdasarkan data yang didapatkan dari lpminvest.com , sejumlah kartu telah dibagikan di tiga kampus. Kampus satu mendapatkan 350 kartu, kemudian kampus dua mendapatkan 550 kartu dan penghuni wilayah paling banyak yakni kampus 3 dengan mendapatkan kartu 1250 kartu. Ada dua jenis warna yaitu merah jambu dan putih, selain itu diberi laminating. Sama dengan sistem pertama, setiap kendaraan yang masuk ia akan mendapatkan kartu tersebut, yang nantinya akan menjadi karcis pintu keluar. Resikonya jika kartu itu hilang, warga kampus harus mampu menunjukan surat- surat penting kendaraan.

Menilik kebijakan kampus lain, Universitas Diponegoro (UNDIP) pun menerapkan kebijakan yang sama dengan menerapkan sistem pembagian kartu parkirnamun berbayar. Walaupun belum semua fakultas menerapkan sistem yang sama.

Sistem ketiga  berjalan dengan harapan, cara ini  menjadi cara terakhir untuk menjaga keamanan di kampus. Namun harapan tak semulus dengan kenyataan, lagi-lagi segala tindakan kecurangan pun tetap terjadi.Dari segi kuantitas satpam yang mengalami kekurangan, sistem kedua ini memberikan peluang bagi mahasiswa untuk melakukan tindakan penuh kecerdikan.Mahasiswa mampu mendapatkan kartu lebih dari satu, karena ada suatu masa tidak dilakukan pengecekan saat keluar dari gerbang.Hal tersebut memang diakui oleh pihak keamanan yang masih kekurangan personil.Selain itu tingkat keistiqomahan satpam untuk terus berjaga juga berpengaruh.Pada akhirnya sistem ini perlu dipertanyakan kembali.Sistem kedua pun ikut-ikutan bobrok karena terjadi kelemahan disana.Pada akhirnya vacum sampai muncul adanya wacana penggunaan portal otomatis atau barrier gate tahun 2018.

Wacana tersebut nyata adanya, pada hari Senin, 12 Maret 2018 secara resmi telah dilakukan uji palang pintu otomatis atau barrier gate di kampus satu.Pembangunan palang ini sudah dilakukan semenjak liburan semester genap. Barrier gate merupakan mesin untuk acces control kendaraan baik itu motor maupun mobil. Mesin ini mampu difungsikan dengan cara menekan tombol hijau untuk membuka palang dan menekan tombol merah untuk menutup palang. Namun barrier gate ini mampu diakses menggunakan kartu Radio Frequency Identification (RFID) baik itu mifare, proxy ataupun Ultra High Frequency (UHF).

Dalam sistem tersebut banyak perangkat tambahan yang diperlukan, mulai dari box manless sebagai pengganti operator.Dia bertugas mencetak tiket parkir bagi pengendara yang mau memarkirkan kendaraan di area parkir tersebut. Kemudian ada fitur cctv yang berfungsi mengcapture plat no kendaraan saat pengemudi menekan tombol hijau pada box manless. Palang akan terbuka secara otomatis dan menutup otomatis sesaat pengendara melewati palang karena dibawah palang terdapat Variable Length Array (vld). Selanjutnya di pintu keluar pengendara menyerahkan tiket parkir ke petugas parkir kemudian di scan. Jika data yang masuk dan keluar cocok, maka akan muncul biaya yang harus dibayar dan setelah transaksi selesai portal akan terbuka secara otomatis.

Akan tetapi kebijakan sistem yang ketiga ini tak hentinya memunculkan keluhan, walaupun baru dilakukan uji coba sampai tanggal 19 Maret 2018 di kampus satu, dan akan berlaku akhir maret atau awal april di kampus dua dan tiga. Dalam kebijakan tersebut dinyatakan bahwa kendaraan beroda empat harus membayar tiga ribu rupiah dan kendaraan beroda dua membayar seribu rupiah.Namun tarif tersebut akan diberlakukan untuk masyarakat umum saja, sedangkan untuk mahasiswa, dosen dan pegawai akan disediakan kartu yang digunakan secara gratis.

Namun nampaknya sistem barrier gate belum terealisasi sampai sekarang.Terbukti sudah hampir memasuki minggu kedua bulan April 2018 kini, belum telihat perihal realisasi sistem tersebut di kampus dua dan tiga.Justru mulai diberlakukan lagi sistem yang pertama yakni pengecekan surat penting kendaraan bermotor. Terjadi arus perputaran dalam sistem ini, dan harapannya semoga tidak terjadi kesalahan yang sama. 

Membangun Kesadaran Bersama

Birokrasi kampus memang mempunyai upaya lebih untuk meningkatkan keamanan di kampus.Kebijakan  terakhir pun mau tidak mau harus diterima oleh warga kampus. Namun tidak mengelak kampus  mempunyaikewajiban untuk memberikan pelayanan terbaik, karena mahasiswa mempunyai kewajiban untuk membayar UKT, tentunya hak yang harus diperoleh pun harus imbang  . Yang salah adalah jika sistem tersebut di campur adukkan dengan niat ajang komersil.Sehingga mampu menambah penghasilan rumah tangga, apalagi jika kartu parkir barrier gate dikenakan tarif untuk mahasiswa, dosen dan pegawai. Tentunya akan menjadi hal yang dikeluhan sekali oleh mahasiswa.

Kasus kehilangan dan pencurian memang tak bisa dihindarkan.Kesadaran baik warga kampus harus mulai terbangun.Dimulai dari hal terkecil masalah peletakan helm sampai parkir motor.Satpam pun juga harus siaga untuk menjaga keamanan.Tentunya semuanya itu di dukung dengan sistem keamanan yang sudah ditawarkan dari kampus, pihak satpam bertugas secara konsisten dan semoga saja harapannya birokrasi mampu memberikan pelayanan terbaik untuk warga kampus.Bukan hanya sekedar sistem yang ditawarkan, namun kelayakan dalam pelayanan pun harus terbayarkan.Semua lini harus bekerja sama, demi mewujudkan kampus kemanusiaan dan peradaban.

Oleh : Fatimatur Rohmah



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak