Ben and Jody: Sekuel Filosofi Kopi, Kembali Tanpa Basa-Basi

Dok. Google 

“Seperti halnya pemulia Benih, juga pohon tara. Jiwa tak akan mati, ia akan terus hidup dan bereinkarnasi. Begitupun kebaikan yang ditanam.” 

Film Ben & Jody merupakan film sekuel dari Filosofi Kopi (Filkop) yang mulai tayang pada 27 Januari 2022. Film ini masih membahas tentang kopi, tepatnya perjuangan petani kopi di desa. Seperti kisah kilas balik, Ben seperti melakukan apa yang ia katakan pada film ‘Filosofi Kopi 2’. Ia pernah berbicara kepada Brie, istrinya. ‘Ada hal yang lebih penting daripada menyeduh kopi untuk orang lain—menanam kopi.’ Dan pada film ini, Ben benar-benar memilih untuk menjadi petani kopi di desanya.

Nyawa film ini sudah berubah, pada 2 sekuel sebelumnya Filosofi Kopi 1 & 2. Percakapan antar tokoh masih sangat filosofis, namun dengan dirilisnya film Ben & Jody ini terasa sudah berbeda dengan sekuel Filkop sebelumnya. Film ini terasa tanpa basa-basi di setiap percakapan tokohnya. Kemungkinan hal itu dikarenakan genre film ini adalah action. Sehingga membutuhkan adegan-adegan heroic yang cukup cepat agar pesan dapat sampai ke penonton, dan narasi-narasi filosofis harus dikorbankan dalam film ini. Seperti halnya yang dijelaskan pada salah satu percakapan Filosofi Kopi 2, ‘Filosofi Kopi kembali dengan gaya baru, terkesan ingin menyesuaikan diri dengan tren hari ini. Filosofi Kopi justru kehilangan soul-nya. Filosofi Kopi kembali tanpa filosofi’. Hal tersebut yang didapatkan Filkop dari reviewer yang kebetulan singgah di kedai mereka. 

Perubahan demi perubahan karakteristik Filkop pada sekuel ketiganya semakin terasa, selain dari menghilangnya narasi filosofis, prioritas dari masing-masing sahabat itu juga mulai bergeser. 

Jody dengan Filosofi Kopinya akan melaunching Filosofi Diskopi. Dan Ben yang memutuskan untuk berhenti menjadi barista di Filkop. Ia menarik diri dari hiruk pikuk kota Jakarta ke kampung halamannya di Lampung untuk menjadi petani kopi dan berjuang membebaskan lahan yang dijarah perusahaan sawit. 

Di awal film, saya mengira narasi filosofis adalah poin penting yang harus ada di film ini. Ternyata ada yang lebih penting, film Ben & Jody lebih menekankan pada filosofi tentang realitas kehidupan akan isu alih fungsi lahan perkebunan kopi menjadi perkebunan kelapa sawit di tanah kelahiran Ben. Dimana jenis tanaman yang dibudidayakan sejak dulu mengalami perubahan, dari kopi menjadi sayuran. Dan harus menggunakan media polybag untuk survive karena kekurangan lahan subur.

Ben, sosok barista yang sangat filosofis. Dengan hobinya memberikan kalimat filosofi dari tiap jenis kopi yang ia seduhkan ke pelanggannya. Namun di film ini, Ben lebih realis. Ia berbicara dan membahas seperlunya permasalahan yang dihadapi, [bukan] dengan filosofi-filosofi seperti di film sekuel sebelumnya.

Memori Kelam adalah Perlawanan
Kritik isu agraria sangat ditonjolkan dalam film sekuel ini, berawal dari Filosofi Kopi 1, Filosofi Kopi 2, dan Ben & Jody. Namun di sekuel ketiga, pembahasan lebih difokuskan pada isu agrarian saja [artinya] tidak membahas Filkop dengan panjang lebar. 

Cerita perjuangan ini bermula dari scene ayah Ben yang dipukuli pihak perusahaan sawit, ibunya mati demi melindunginya dari ancaman perusahaan yang bisa saja merenggut nyawa Ben. Dari memori kelam tersebut, Ben menjadi sosok yang bengis di film filosofi 1 dan filosofi 2. 

Lalu di film ini Ben kembali untuk melawan, meneruskan perjuangan ayahnya untuk meminta kembali kebun kopi yang telah dirampas oleh perusahaan yang dialihfungsikan menjadi kebun kelapa sawit.

Ia melakukannya bukan tanpa alasan, melainkan ini adalah pesan terakhir ayahnya kepada Ben, ‘semua ini, bapak persiapkan untuk kamu Ben’. Saat itu di salah satu scene Filosofi Kopi 2, ketika Ben dan Brie sedang melihat-lihat kebun kopi bermedia polybag yang disiapkan ayah Ben untuknya.

Memang area perkebunan kelapa sawit di Indonesia kian meningkat tiap tahunnya, tercatat pada Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021 yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perkebunan hingga tahun 2021 mencapai 15.081.021 dari tahun sebelumnya 14.858.300. 

Dua pulau mendominasi luas area perkebunan sawit tersebut, yakni Sumatera yang menduduki peringkat pertama dan disusul Kalimantan sebagai peringkat keduanya. Pada tahun 2019 lalu tercatat luas kebun kelapa sawit di pulau Sumatera mencapai 7.944.520 hektar, dan di pulau kalimantan sekitar 5.820.406 hektar. 

Ketimpangan luas area lahan perkebunan kopi dan perkebunan sawit dapat dilihat menggunakan data statistik yang dikeluarkan oleh Direktoral Jenderal Perkebunan. Pada tahun 2015, Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kopi 2013-2015 yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perkebunan menyebutkan bahwa luas area perkebunan kopi di Sumatera berkisar 799.454 Hektar. Sangat jauh berbanding terbalik dengan luas perkebunan sawit pada tahun 2015 yang datanya saya dapatkan dari Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021 yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam data tersebut luas areal perkebunan sawit pada 2015 mencapai 11.260.277 Hektar, berselisih hingga 10.460.823 Hektar dari area perkebunan kopi. Sehingga tak salah apabila film yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko ini mengkritik terhadap pengalih fungsian lahan perkebunan kopi menjadi kelapa sawit.

Pada scene awal sudah ditunjukkan situasi blokade jalan yang dilakukan oleh Ben dan demonstran petani untuk memblokir ruang gerak kendaraan perusahaan. Namun semuanya bubar karena datang 2 kompi truk dari petugas yang mencoba mengusir mereka dengan represif

Kekerasan-kekerasan juga akan banyak ditemui di scene-scene berikutnya hingga pada klimaksnya Ben & Jody akan ditahan oleh preman perusahaan bersama 15 orang lainnya yang juga dikurung karena melawan kehendak perusahaan sawit.

Over all film ini bagus untuk ditonton, sarat akan nilai kepedulian sosial di dalamnya. Namun sangat di sayangkan beberapa tokoh yang menurut saya penting kehadirannya mulai menghilang, Brie adalah salah satu karakter yang sangat penting kehadirannya untuk Ben. Dan menghilangnya narasi-narasi filosofis dalam film ini.

Peresensi: Udin
   

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak