Wawancara Kuliah Daring Bersama Wakil Dekan I FITK, Mahfudz Djunaidi

Dok. Foto : Researchgate


Mahfudz Junaidi mempunyai kiprah yang sudah tidak diraguan lagi dalam bidang pendidikan dan akademik. Penulis buku Filsafat Pendidikan Islam ini sekarang menjabat sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kelembagaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang.

Jauh sebelum menjabat sebagai Dekan I FITK UIN Walisongo ia sudah aktif dalam bidang Pendidikan. Dalam tataran formal, di UIN Walisongo ia menjadi Lektor Kepala/Dosen Filsafat Pendidikan Islam Sarjana I dan Pascasarjana. Dalam sosial kemasyarakatan ia juga aktif di Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah dan Pusat Pengembangan Madrasah Kanwil Kementrian Agama Jawa Tengah. 

Sumbangsih dalam bidang akademik juga pernah ia lakukan dengan post doctoral research dan visting professor di Leiden Universiteit Belanda (2013), Marmara University Turkey (2014), dan di Nagoya University Jepang (2016).

Sehingga tidak perlu diragukan lagi untuk membicarakan soal pendidikan dengan beliau. Dan yang pasti juga cukup memadai untuk berbincang soal kuliah online karena beliau juga aktif  sebagai trainer dan motivator peningkatan mutu madrasah di Jateng.

Salah satu kru LPM Edukasi berkesempatan wawancara dengan Mahfudz Junaidi untuk mengetahui jalannya perkuliahan online di UIN Walisong khususnya FITK akibat efek domino dari masifnya Covid-19.


Ilustrasi kuliah online. Jatimtimes.com


Pak Mahfudz, menindaklanjuti surat edaran rektor tentang pencegahan Covid-19, bagaimana metode perkuliahan online di UIN Walisongo, khususnya FITK ?

Soal itu, jawaban saya sudah sangat jelas, yaitu sesuai surat edaran Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan nomor B-202/Un.10.3/D/PP.00.9/03/2020. Kuliah dilaksanakan dalam berbagai metode dan strategi. Misalnya perkuliahan online dengan menggunakan e-Learning Walisongo yang sudah disiapkan oleh PTIPD, atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh mesin cerdas Google, seperti Google Classroom, Google Meeting,  atau yang paling mudah dan cepat perkluiahan online dalam WAG (Wathsapp Group) atau dengan penugasan  oleh dosen dan hasilnya dikirim via E-mail dan lain sebagainya. Saat ini, semua mahasiswa sudah melek teknologi juga literasi digital.

Untuk infrastuktur atau pendukungnya sendiri buat perkuliahan online di UIN Walisongo, khususnya FITK, bagaimana ?

Tentang infrastruktur pembelajaran online di FITK. Perkuliahan online harus didukung oleh teknologi baik hardware maupun software. Pertama hardware, saya kira semua dosen sudah memiliki laptop dan smartphone dengan dukungan jaringan internet yang memadai dan data internet yang cukup. Demikian juga mahasiswa semua mahasiswa sudah memiliki smartphone, dan mayoritas mahasiswa juga memiiki laptop. 

Tentunya dibutuhkan dukungan jaringan internet yang memadai, data internet yang cukup. Saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia sudah terkoneksi internet, kecuali daerah pedalaman dan daerah terluar/perbatasan. Kuliah online tidak harus di kampus atau tidak harus di Semarang, bisa dimana saja.

Kemudian, jika dibandingkan dengan perkuliahan tatap muka, seberapa efektifkah perkuliahan online yang telah di lakukan ini ?

Untuk menjawab secara tepat tentu dibutuhkan penelitian tentang masalah ini. Tetapi dalam kondisi seperti saat ini, kuliah sistem daring atau online, sebagai lanjutan dari perkuliahan langsung tatap muka yang sudah dilaksanaka kurang lebih 6 atau 7 kali pertemuan, adalah sistem yang paling baik dan paling efektif. Dibandingkan dengan kuliah sistem konvensional, kita harus datang langsung ke kelas yang akan membawa madharat, bahkan membahayakan jiwa mahasiswa dan dosen karea merebaknya Covid-19. Maka kuliah daring atau online ini sangat tepat dan efektif dari pada  kuliah diliburkan dan tidak ada aktifitas keilmuan apapun.

Lalu Pak Mahfudz, sampai saat ini apa yg masih menjadi kendala dalam perkuliahan online ?

Yang menjadi kendala adalah mindset. Yakni cara berfikir atau cara pandang terhadap perubahan yang terjadi di kalangan mahasiswa dan juga dosen. Bahwa kuliah daring atau blended learning masih dipandang sebagai sesuatu yang asing, dan terkesan tidak serius. Tetapi dengan berjalannya waktu semua akan mampu beradaptasi dan merasakan kemanfaatan IT (Information dan Teknologi) dalam mendukung pembelajaran. 

Saya kira di bulan kedua perkuliahan online ini, semua sudah mampu mengatasi kendala ini. Untuk para dosen FITK mayoritas sudah memiliki pengalaman dalam pembelajaran online pada waktu pelaksanaan PPG (Pendidikan Profesi Guru). Pun seorang mahasiswa, sebagai anak milenial mereka lebih bisa menyesuaikan dirinya, dan mampu berdaring ria dengan sangat baik.

Terakhir Pak Mahfudz, apa sisi positif yang bisa di ambil dari “kejadian yang luar biasa” ini, sehingga harus merubah perkuliahan lain dari biasanya (online) ?

Online learning atau perkuliahan dengan sistem daring (dalam jaringan) dalam kondisi darurat seperti saat ini, akan membawa dampak positif bagi mahasiswa. Ternyata perkuliahan yang sebelumnya dipahami secara sangat kaku di kelas, dapat dilaksanakan di jagad digital atau dunia maya. Agar perkuliahan dapat berjalan lebih baik dan produktif, maka mahasiswa harus lebih mendisiplinkan diri, dan lebih dewasa dalam bertindak dan berfikir. 

Mahasiswa harus terus membaca banyak referensi baik berupa buku-buku ilmiah maupun jurnal ilmiah. Baik berupa electronic books maupun buku-buku non elektronik, terutama jurnal-jurnal ilmiah yang saat ini sangat mudah diakses oleh mahasiswa di internet. 

Untuk dosen, saya kira hanya sedikit sekali bisa memberikan pengetahuan atau bahan kuliah pada mahasiswa, karena dosen hanya sekedar membukakan jendela dari istana ilmu. Selebihnya mahasiswa harus lebih agresif dan proaktif dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan yang sangat luas. Selamat belajar untuk masa depan yang lebih baik. (Edu/Fad)

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak