Bunyi merupakan unsur penting dalam musik. Melalui
bunyilah musik terkotak dalam sebuah genre tertentu. Namun dijagatnya
panggung, musik tidak melulu konvensional.
Semarang, 12/12/18-- Para pemusik yang memulai debutnya pada awal tahun 2018 lalu,
mencoba mewujudkan itu. Mereka menerima siapa saja dipanggung guna mengumpulkan
segala bunyi, sebab itu para pemusik ini tidak memiliki nama. Kebetulan malam
itu pada harlah Teater Beta ke-33 (12/12/18), empat orang, yaitu Sueb, Latif,
Aris, dan Sopeng mencoba memerdekakan musik dari kotaknya.
Berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, saben
individu menyumbang bunyi. Memadukannya antara bunyi satu dengan yang lain
melalui alat musik. “Butuh kepekaan dalam memahami musik ini. Karena kalau
tidak bisa menghayati, mendengar merupakan hal yang menyakitkan. Suara-suara
yang dihasilkan sangat berisik di telinga. Tinggal bagaimana penonton
menerjemahkan dari bunyi-bunyi yang didengar,” ujar Aris.
Menurut mereka masing-masing personil, sangat
mempengaruhi keras atau pelannya bunyi yang dihasilkan. Bahkan sampai pada
tataran makna dari bunyi yang dihasilkan adalah tentang kedalaman diri
masing-masing personil. Berbeda dengan musik yang sudah dikonsepkan baku dan
terbagi menjadi genre, musik ini memasukkan semua unsur bunyi. “Seperti suara
tawaan, teriakan, bahkan suara angin itu juga bagian dari kolaborasi. Tidak lagi membatasi musik pada
batasan-batasannya,” tambah Sopeng.
Inilah yang dicerminkan Sueb melalui alat musik yang
dinamakan layur. Nama layur sendiri adalah nama yang diberikan
oleh Sueb yang menurutnya tidak mempunyai arti khusus. Namun dalam memaikannya
alat ini mewakili semua cara menghasilkan bunyi dan bermusik mereka. Mulai dari
dipetik, digesik dan dipukul. Tetap saja alat tersebut juga masih didukung oleh
alat musik lainnya seperti suling, serunai dan lain sebagainya.
Melalui gesekan, petikan, tiupan, dan pukulan dari alat
musik, mereka mencoba untuk berkomunikai dengan penonton. Dengan tujuan
menyampaikan pesan tersirat melalui rasa yang tercipta dan melalui nuansa
emosional. “ Musik adalah bebas merdeka, sesuai dengan diri masing-masing yang
menampilkan atau penonton,” tutup Latif. (EduOn/NH)
Tags
Berita