Persiapan Perpisahan dan Puisi - Puisi Lainnya

dok: internet



Persiapan perpisahan

/1/
Kau bilang pada kekasihmu
Hari-hari raya telah berlalu
Saatnya mengganti bekas tubuhmu yang ada di kursi malas, lampu dan remote teve
Yang akan membuat kekasihmu tak bisa lupa
Semuanya harus dicuci segera
Bahkan dalam kesedihanmu
Kau sempat membantu membersihkan semuanya
Termasuk bekas bibirmu yang ada di bibir lelakimu

/2/
Kau bilang pada kekasihmu
Hari akan terasa badai sampai waktu yang tak ditentukan
Jadi kau terpaksa mengecup keningnya
Agar ia menyalakan ketabahan
Tapi tetap saja kau tak pernah bisa menyembunyikan dadamu yang khawatir
Ialah ikan lumba-lumba yang terus melompat, di gemuruh laut badai

/3/
Kau bilang pada kekasihmu lagi
Kau telah melukis peta di jantungnya dengan mata pisau dapur
Sambil berharap ia akan menemukanmu kalau-kalau sedang rindu
Sebab kau tak melakukan apa-apa termasuk menunggu lelaki lain

2018

Pulang

Keinginan terbesarku adalah pulang
Menjaga adikku agar tidak cepat dewasa
Dewasa Ialah kesunyian
                                                                                  
2018

Pertengkaran

Rindumu sudah hilang
Dimakan lumba-lumba gelisah

Kemarau panjang juga melanda di kampung halaman
Kau tak punya timba untuk sumur
Tiba-tiba kau dahaga
Terhuyung ke hadapanku
aku nelangsa tanpa kau
           
Lumba-lumba ternyata tak memakan rindu

2018

Hom-pim-pa

Kita akan memulai
Persembunyian panjang
Setelah  mantra kecil hom-pim-pa dirapalkan
Kau akan mendapati malaikat-malaikat menunggumu melanjutkan kesendirian

Kita akan mengawali
dengan telapak tangan kita yang menunjukkan nasib
“yang berbeda yang pergi sendiri”
Serta menapakki lorong diri sendiri nan sepi

Hom-pim-pa
Kita membolak-balik tangan
Berharap bukan kita yang pertama
Lantas menuding bahwa pergi itu kesalahan
Terus sambil merapal hom-pim-pa

Hom-pim-pa
Dan kita semakin lupa
Kita akan tetap sendiri: diawal atau diakhir
Yang hanya ada mencari dan bersembunyi dengan kensindirian masing-masing

2018

Belajar Menjahit

Dirumahmu
Kau menuju kebahagiaan
Makanya kau belajar menjadi ibu
Kau belajar menjahit segalanya
Baju dari anak dan lelakimu yang rusak
 Juga luka dari masa silammu

Dan kau berdalih
Menjadi ibu adalah membuatnya menjadi untuh kembali

2018

*)Penulis adalah Abdul Aziz Afifi, kru LPM Edukasi tahun 2014


1 Komentar

  1. masih byk yg melompat-lompat puisinya, blm dpt ending fokus

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak