Calon Guru PAI, Utamakan Religiusitas

Pembukaan Harlah PAI ke-47 di Auditorium I Kampus I UIN Walisongo Semarang. (12/10)

Semarang, EdukasiOnline--  Wakil Dekan (Wadek) bidang kemahasiswaan dan kerjasama Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Wahyudi memberikan sambutan dalam acara hari lahir (Harlah) jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) ke-47 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PAI di Auditorium I Kampus I UIN Walisongo Semarang, pada Kamis pagi, (12/10).

Dalam sambutanya yang mewakili dekan FITK, ia mengemukakan bahwa yang paling utama bagi seorang calon guru PAI haruslah memiliki sikap yang agamis, disamping juga sikap progresif dan inovatif.

"Sebagai calon guru PAI sikap religiusitas harus diutamakan" ucapnya di depan puluhan mahasiswa PAI.

Ia melanjutkan, sebagai calon guru PAI tidak diperbolehkan mengikuti suatu ajaran secara membabi buta tanpa di dasari ilmu atau lazim disebut taqlid. Tetapi, seorang calon guru PAI harus mampu beritiba' atau mengikuti dengan adanya dasar. Hal ini bukan tanpa alasan, karena menurutnya orang yang taqlid akan mudah terprovokasi.

"Nabi Muhammad adalah leader, kita pengikutnya, kita harus  ittiba' bukannya taklid, karena orang taklid akan mudah di provokokasi" jelasnya.


Fenomena Mahasiswa Bercadar

Dalam wawancara dengan Wahyudi, tim redaksi menanyakan perihal fenomena mahasiswi yang mengenakan cadar. Ia menyatakan bahwa keeksklusifan dalam beragama lambat laun akan hilang dengan sendirinya.

"Agama itu sesuai fitrah manusia, sesuai kemampuan manusia. Kalau beragama kemudian aneh-aneh, menurut pandangan saya itu tidak akan bertahan lama" jawabnya.

Mengenai cara bersikap terhadap mereka, Wahyudi juga mengungkapkan kepada tim redaksi bahwa hal tersebut merupakan hal yang biasa, kedepan akan berubah sesuai dengan fitrahnya.

"Biarkan saja, nanti pelan-pelan akan berubah sendiri. Karena agama yang tidak sesuai dengan fitrah pasti akan berubah" pungkasnya. (Edu_On/ Yat)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak